Jamak ditemui penderita HIV/AIDS kerap dijauhi dari pergaulan sosial. Padahal, tindakan tersebut adalah keliru. Ini alasan penting mendampingi ODHA.
Jumlah kasus HIV di Indonesia dilaporkan cenderung meningkat setiap tahunnya. Sementara jumlah kasus AIDS diketahui relatif stabil.
Berdasarkan data Kemenkes RI, mengacu pada jumlah kenaikan kasus, Indonesia menjadi negara urutan ke-5 yang paling berisiko HIV/AIDS.
Tak cuma soal jumlah, stigma sebagian masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS juga masih cenderung negatif.
HIV/AIDS dianggap sebagai penyakit berbahaya dan menular. Terlebih, saat ini penyakit tersebut belum ada obatnya.
Alhasil, jika terdapat teman atau orang terdekat terkena HIV/AIDS, sebagian orang akan lebih waswas. Bahkan, kemungkinan juga akan menjauhi mereka.
Tidak semua orang mengetahui fakta soal penyakit HIV/AIDS dengan tepat. Alhasil, itu akan memengaruhi mereka dalam memandang penderita HIV/AIDS, seperti pemberian stigma negatif yang berlebihan.
Dokter Devia Putri menjabarkan beberapa kesalahpahaman soal penyakit HIV/AIDS yang perlu diluruskan.
Penyakit HIV/AIDS tidak menular hanya dengan berjabat tangan, berpelukan, ataupun mengobrol dengan penderitanya.
Penyakit tersebut ditularkan lewat hubungan seksual, transfusi darah, jarum yang bergantian, proses persalinan, atau dari ASI ibu.
Memang sampai saat ini obat pasti HIV/AIDS belum ada. Tapi ada obat-obatan lain yang sifatnya mengurangi gejala dan membantu mencegah pertumbuhan virus lebih cepat.
“Jadi dengan mengonsumsi obat tersebut secara rutin membantu memperpanjang harapan hidup dan mengurangi komplikasi. Obat ini harus dikonsumsi seumur hidup, tidak boleh setop atau tidak rutin,” kata dr. Devia.
Tidak demikian, bisa saja penderitanya positif HIV tapi gejala akan muncul 10-15 tahun kemudian.
“Jadi jika memang sering melakukan aktivitas yang risiko tinggi sebaiknya dihentikan dan skrining HIV,” saran dr. Devia.
Bukan hanya pengguna narkoba, semua orang bisa terkena kondisi HIV/AIDS. Termasuk mereka yang sering gonta-ganti pasangan tanpa pengaman, serta pasangan sejenis yang sering melakukan seks anal.
HIV adalah nama virusnya, yaitu human immunodeficiency virus (HIV) yang menyerang sistem daya tahan tubuh.
Sementara, AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV yang ditandai dengan sekumpulan gejala yang membuat penderitanya sudah tidak mampu lagi melawan infeksi.
“Jadi orang yang terinfeksi HIV belum tentu AIDS. Tapi kalau orang tersebut tidak minum obat antiretroviral yang gunanya mencegah pertumbuhan virus maka bisa berakhir AIDS,” jelas dr. Devia.
Di samping itu, banyak juga menjadi pertanyaan di masyarakat apakah boleh pinjam meminjam barang dengan pengidap HIV/AIDS?
Menurut dr. Devia, itu boleh dilakukan dan tidak menyebabkan penularan HIV. “(Boleh) meminjam alat makan, pakaian atau tas, handuk, dan toilet,” sebut. Dr. Devia.
Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Anda sebaiknya tetap memberikan support pada teman yang terkena HIV/AIDS. Selain itu, sebisa mungkin Anda menjadi teman bercerita para orang dengan HIV aktif (ODHA).
Anda juga bisa mengajak dan mendampingi ODHA untuk ikut dalam komunitas ODHA agar tidak merasa sendiri dalam menghadapi kondisinya.
“Dilarang juga untuk mengucilkan dan menghakimi atas tindakan yang pernah dia lakukan dulu. Sangat penting bagi kita memiliki wawasan tentang HIV/AIDS agar kita juga tidak sembarangan memberikan stigma kalau ODHA itu mudah menularkan virusnya ke kita,” tutur Ikhsan.
Support dari keluarga, sahabat, dan teman akan menyemangati penderita HIV/AIDS untuk menjalani pengobatan jangka panjang.
Oleh: Nesia Qurotta Ayuni