Jakarta - Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV-AIDS belum tentu positif tertular HIV-AIDS. Salah satunya, dibuktikan aktivis ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) Baby Rivona pendiri IPPI (Ikatan Perempuan Positif Indonesia) yang juga terkena HIV. Kini, ia sudah memiliki anak berusia 10 tahun dengan kondisi negatif HIV-AIDS.
Ditemui dalam acara Hari AIDS Sedunia di BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Jakarta Timur, dr Ekarini Aryasatiani, SpOG (K) dari RSUD Tarakan menegaskan pengidap HIV AIDS sangat berpotensi melahirkan anak kondisi negatif HIV AIDS, secara normal.
"Kalau dia sudah HIV, minum obat sudah lewat 6 bulan dia boleh lahir normal. Kalau dia belum 6 bulan minum obat ya harus caesar karena nanti akan menularkan ke bayi, karena proses yang paling menularkan itu adalah selama kehamilan akhir, sama persalinan," ujarnya, Senin (9/12/2019).
Menurut dr Ekarini, bayi yang lahir dari ibu dengan positif HIV AIDS tak diperbolehkan untuk dites menggunakan tes HIV AIDS biasa.
"Cara yang lain adalah tolong diperiksa dong bayinya pas 40 hari. Itu bisa diperiksa apakah bayinya positif, atau negatif. Bayinya jangan diperiksa pake tes HIV yang biasa karena keliatannya akan seperti positif, karena sifat HIV positif ibunya masih nurun ke bayi. Itu darahnya namanya antibodi masih ada dari ibunya kalau dicek keliatannya positif, tapi bayinya sendiri tidak ada virusnya. Beda virus dengan antibodi ya. Jadi, bayinya dicek dulu pake Early Infant Diagnosis," jawabnya.
dr Ekarini yang kerap kali membantu persalinan pasien dengan HIV AIDS ini mengharapkan stigma masyarakat terhadap fenomena tersebut dapat mengubah pola pikir masyarakat ke depan.
"Bayi-bayi saya sudah ada yang 7 tahun, 6 tahun. Sudah besar-besar semua, sehingga ya mereka negatif. Itu saja menjadi tanda bagi orang-orang yang berpikir. Bayi yang 9 bulan saja di dalam kandungan ibunya yang positif nggak ketularan. Jadi, kenapa kamu musti takut. Kamu hidupnya di luar, bayi itu di dalam perutnya," pungkas dr Ekarini.