Hingga kini masih banyak mitos atau fakta terkait penularan HIV yang belum banyak diketahui masyarakat, terutama terkait penularannya melalui hubungan seks. Lalu, benarkah hubungan seks dapat menularkan infeksi HIV jika kamu melakukannya dengan penderita HIV/AIDS (ODHA)?
Adiyana Esti, dokter dari Institusi Angsamerah, organisasi swasta yang bergerak di bidang kesehatan, menjelaskan bahwa risiko seseorang tertular virus HIV saat melakukan hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS tanpa kondom adalah 15 persen.Adiyana Esti, dokter dari Institusi Angsamerah, organisasi swasta yang bergerak di bidang kesehatan, menjelaskan bahwa risiko seseorang tertular virus HIV saat melakukan hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS tanpa kondom adalah 15 persen.
Menurutnya belum tentu seseorang langsung terkena infeksi virus HIV saat berhubungan seks dengan pengidap HIV/AIDS untuk pertama kalinya.
"Ada yang tertular saat pertama kali hubungan seks dan ada juga yang tertular setelah beberapa kali melakukannya," ujar Esti di acara diskusi media bertajuk 'Tangkal Hoax-nya, Pahami Fakta HIV/AIDS' di Jakarta, seperti dikutip dari kumparanSAINS.
"Jadi penularan tidak memandang beberapa kali melakukan hubungan seks. Intinya kembali lagi pada kemungkinan 15 persen itu," tambah dia.
Selain itu, Esti mengatakan bahwa risiko terinfeksi HIV saat melakukan hubungan seks anal sama saja dengan melakukan hubungan seks vagina. Ia menjelaskan juga bahwa kondom bisa membantu mengurangi risiko tertular tersebut
Esti kemudian menyarankan masyarakat Indonesia yang pernah berhubungan seks untuk melakukan tes darah untuk pemeriksaan HIV minimal satu kali dalam setahun. Menurutnya, hal ini bisa membantu orang yang terinfeksi HIV tidak sampai pada kondisi AIDS.
Patut dipahami bahwa HIV dan AIDS adalah hal yang berbeda. Esti memaparkan bahwa HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Sementara acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah kondisi yang dialami penderita HIV setelah sistem pertahanan tubuhnya rusak akibat virus tersebut.
Rentang waktu HIV berubah menjadi AIDS tergantung pada pengobatan. Selain itu juga kecepatan penanganan terhadap si penderita.
"Kalau memang khawatir, bisa lakukan pengecekan darah kira-kira sebulan atau tiga bulan setelah bersinggungan dengan salah satu faktor penyebab infeksi HIV," kata Esti.
"Dengan melakukan pengobatan dan penanganan yang lebih cepat pada penderita HIV, mereka bisa tetap melanjutkan kehidupannya dengan normal," imbuh dia.
Esti mengatakan bahwa obat ARV digunakan untuk mencegah memburuknya kondisi penderita HIV hingga terkena kondisi AIDS. Obat ini bisa menghambat aktivitas dan perkembangbiakan HIV dengan mencegahnya menempel ke sel darah putih di dalam tubuh. (via)