[email protected] | (021) 2123-0242, (021) 2123-0243
Ikuti kami | Bahasa

Detail Informasi

DEPRESI

25 Agustus 2023 Masalah Terkait HIV

DEPRESI

Diperbarui 25 Agustus 2023

 

Apa Depresi Itu?

Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit depresi lebih dari sekadar kesedihan atau duka cita. Depresi adalah kesedihan atau duka cita yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama. Ada berbagai penyebab depresi:

Kurang lebih 5-10% masyarakat umum mengalami depresi. Namun angka depresi pada Odha dapat mencapai 60%. Perempuan terinfeksi HIV dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan laki-laki.

Menjadi depresi bukan tanda berjiwa lemah. Depresi tidak berarti kita ‘gila’. Kita tidak akan sekadar ‘mengatasi’ depresi; menanganinya membutuhkan bantuan. Jangan menganggap kita pantas menjadi depresi karena kita menghadapi HIV. Dan jangan menganggap kita harus depresi karena kita HIV.

 

Apakah Depresi Penting?

Depresi dapat menyebabkan kita tidak tetap tertahan dalam perawatan, tidak hadir pada klinik, dan melupakan dosis terapi antiretroviral (ART). Depresi dapat meningkatkan perilaku berisiko yang menularkan HIV pada orang lain. Secara keseluruhan, depresi dapat mempercepat laju penyakit HIV. Dan depresi mengganggu kemampuan kita untuk hidup dengan bahagia.

Perempuan yang hidup dengan HIV lebih mungkin memiliki kondisi komorbid kesehatan mental dibandingkan dengan laki-laki yang hidup dengan HIV dan perempuan HIV-negatif.

Sebuah penelitian pada 2012 menunjukkan bahwa pasien dengan depresi, terutama perempuan, lebih mungkin berhenti pengobatan dan tidak mencapai viral load tidak terdeteksi.

Depresi sering diabaikan atau diremehkan. Banyak dokter yang menangani HIV belum cukup terlatih untuk mengenal atau mengobati depresi. Depresi juga sering disalahtafsirkan sebagai tanda penyakit HIV lanjutan.

 

Apa Tanda Depresi?

Gejala depresi berbeda-beda tergantung pada yang bersangkutan. Kebanyakan dokter mencurigai depresi bila pasien melaporkan bahwa dia merasa sedih atau kehilangan gairah untuk kegiatan sehari- hari. Kemungkinan kita depresi bila perasaan ini tetap berlanjut selama dua minggu atau lebih, dan kita juga mempunyai beberapa di antara gejala berikut:

 

Apa Penyebab Depresi?

Ada berbagai penyebab depresi. Menerima diagnosis penyakit kronis seperti infeksi HIV dapat memperburuk gejala depresi. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat menyebabkan atau memburukkan depresi, terutama efavirenz dan beberapa obat dalam golongan integrase inhibitor. Ada berbagai penyakit (mis. anemia atau diabetes) yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi. Begitu juga penggunaan narkoba atau alkohol, serta tingkat testosteron, vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah.

Odha yang juga terinfeksi virus hepatitis lebih mungkin mengalami depresi, terutama bila diobati dengan interferon.

Faktor risiko lain termasuk:

 

Pengobatan untuk Depresi

Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi tradisional, dan/atau dengan pengobatan. Banyak obat yang dipakai untuk depresi dapat berinteraksi dengan obat antiretroviral (ARV). Dokter dapat membantu memilih terapi atau kombinasi terapi yang paling cocok untuk kita. Jangan coba mengobati diri sendiri dengan alkohol atau narkoba karena zat ini dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain.

Perubahan pola hidup dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang. Perubahan ini termasuk:

Beberapa orang memperoleh hasil yang baik dari pijat, akupunktur dan olahraga. Ramuan St. John’s wort dianggap dapat mengobati depresi. Namun jamu ini ditunjukkan kurang efektif untuk mengobati depresi dan berinteraksi dengan beberapa ARV. Pastikan dokter diberi tahu bila kita pakai St. John’s wort.

Valerian atau melatonin dapat membantu tidur. Bila ada kekurangan vitamin B6 atau B12, suplemen vitamin ini dapat membantu.

 

Antidepresan

Beberapa orang dengan depresi mengalami manfaat dari pengobatan. Namun antidepresan (obat untuk depresi) dapat berinteraksi dengan ARV. Antidepresan harus dipakai dalam pengawasan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Protease inhibitor sering berinteraksi dengan antidepresan.

Antidepresan yang paling sering dipakai adalah obat dalam golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat dalam golongan ini dapat menyebabkan kehilangan gairah dan fungsi seks, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit tidur), kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan.

Obat dari golongan antidepresan trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan sedasi (tenang berlebihan seperti dibius), sembelit, dan denyut jantung yang tidak teratur.

Beberapa dokter meresepkan psikostimulan, obat yang dipakai untuk mengobati gangguan defisit perhatian (attention deficit disorder).

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pengobatan dengan DHEA (lihat Lembaran Informasi 724) dapat mengurangi depresi pada beberapa Odha.

 

Pokok Kunci Pembahasan

Depresi adalah penyakit yang sangat umum pada Odha. Depresi yang tidak diobati dapat mengganggu kepatuhan terhadap terapi dan mengurangi mutu hidup.

Depresi adalah masalah yang berpengaruh pada seluruh tubuh, dengan mengganggu kesehatan fisik, pikiran, rasa dan perilaku.

Semakin cepat kita periksa ke dokter, semakin cepat kita dapat merencanakan strategi yang sesuai untuk menghadapi masalah ini, yang sebetulnya adalah gangguan yang sangat nyata terhadap kesehatan.

 

Diperbarui 25 Agustus 2023