KOTRIMOKSAZOL
Ditinjau kembali: 5 Juni 2024
Apa Kotrimoksazol Itu?
Kotrimoksazol (kotri) adalah kombinasi dua obat antibiotik (antibakteri): trimetoprim dan sulfametoksazol dalam satu pil. Kombinasi obat ini juga dikenal sebagai TMP/SMX, dan dipasarkan dengan beberapa nama merek, misalnya Bactrim. Namun versi generik dengan nama kotrimoksazol adalah sama dengan versi bermerek, hanya harganya jauh lebih murah.
Antibiotik menyerang infeksi yang disebabkan bakteri. Kotri juga dipakai untuk menyerang beberapa infeksi yang disebabkan jamur, termasuk beberapa infeksi oportunistik pada orang dengan HIV.
Mengapa orang dengan HIV memakai kotri?
Kotri dipakai untuk banyak infeksi bakteri. Obat ini efektif dan murah. Menambah kotri pada terapi antiretroviral (ART) mengurangi angka kematian 35% dalam 60 minggu pertama terapi. Hasil ini berdasarkan uji coba di Afrika yang dilaporkan pada 2010. Sayangnya, hingga sepertiga orang yang memakainya mengalami reaksi alergi.
Banyak kuman hidup di tubuh kita atau adalah umum dalam lingkungan kita. Sistem kekebalan yang sehat dapat menyerang atau mengendalikan infeksi yang disebabkan oleh kuman tersebut. Namun, infeksi HIV dapat merusak sistem kekebalan. Infeksi yang mengambil manfaat dari kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dikenal sebagai “infeksi oportunistik (IO).” Orang dengan penyakit HIV tahap lanjut dapat mengalami IO.
Salah satu IO pada orang dengan HIV adalah PCP (Pneumocystis Pneumonia), saat ini dikenal dengan Pneumocystis Jiroveci Pneumonia, yang berdampak pada paru. Orang dengan HIV dengan jumlah CD4 di bawah 200 dapat mengalami Pneumocystis jenis ini.
Kotri adalah obat pilihan pertama untuk mengobati atau mencegah Pneumocystis Jiroveci Pneumonia. Jika jumlah CD4 kita di bawah 200, tanyakan pada dokter apakah sebaiknya kita memakai kotri atau obat lain untuk mencegah Pneumocystis Jiroveci Pneumonia. Penggunaan obat untuk mencegah penyakit disebut sebagai profilaksis.
Salah satu IO lain adalah toksoplasmosis (tokso), yang berdampak pada otak. Orang dengan HIV dengan jumlah CD4 di bawah 100 dapat mengalami tokso. Kotri juga dapat dipakai untuk mengobati atau mencegah tokso.
Penggunaan obat dengan maksud untuk mencegah penyakit akibat infeksi disebut sebagai profilaksis. WHO sudah mengeluarkan pedoman yang mengusulkan penggunaan kotri sebagai profilaksis oleh orang dengan HIV dewasa dan anak.
Beberapa orang memiliki alergi terhadap kotrimoksazol. Katakan pada dokter jika kita beralergi pada obat sulfa atau antibiotik lain, atau bila kita mempunyai penyakit hati atau ginjal. Orang dengan anemia (kurang darah merah) sebaiknya tidak memakai kotri. Penggunaan kotri waktu hamil dapat meningkatkan risiko cacat lahir. Perempuan hamil atau menyusui sebaiknya menghindari penggunaan kotri jika mungkin. Pastikan dokter tahu bila kita mempunyai penyakit hati atau ginjal, atau kekurangan enzim G6PD (Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase).
Bagaimana dengan resistansi terhadap obat?
Jika kita menggunakan obat resep apa pun, kita harus menghabiskan semua pil yang diresepkan. Banyak orang berhenti memakai obat jika mereka merasa lebih baik. Ini bukan langkah yang baik. Jika sebuah obat tidak mematikan semua kuman, kuman tersebut dapat berubah (bermutasi) sehingga mereka bisa kebal (resistan). Bila kuman menjadi resistan terhadap satu atau beberapa obat, obat tersebut tidak akan berhasil lagi di tubuh kita.
Misalnya, jika kita memakai kotri sebagai pengobatan Pneumocystis Jiroveci Pneumonia, dan kita lupakan terlalu banyak dosis, kuman Pneumocystis Jiroveci Pneumonia di tubuh kita dapat menjadi resistan pada kotri. Jika ini terjadi, kita harus memakai obat lain terhadap Pneumocystis Jiroveci Pneumonia.
Bagaimana kotri dipakai?
Kotri umumnya tersedia dalam tablet yang mengandung 400mg sulfametoksazol dan 80mg trimetoprim. Juga ada tablet kekuatan ganda (‘forte’) 800/160mg. Untuk anak tersedia versi sirop yang mengandung 200/40mg per 5 ml, serta tablet 100/20mg. Dosis yang dipakai tergantung pada jenis infeksi kita coba obati atau cegah.
Kita harus memakai kotri terus-menerus selama jumlah CD4 kita masih begitu rendah sehingga kita dapat mengalami tokso atau Pneumocystis Jiroveci Pneumonia.
Kotri biasanya diminum waktu makan, tetapi tablet 400/80mg dapat dipakai dengan atau tanpa makanan. Kita sebaiknya minum banyak air saat kita memakai kotri.
Apa efek samping kotri?
Infeksi HIV menyebabkan angka efek samping kotri yang lebih tinggi. Orang yang pernah memakai kotri sebelumnya sering mengalami lebih banyak efek samping.
Efek samping utama dari kotri adalah mual, muntah, hilang nafsu makan, dan reaksi alergi pada kulit (ruam). Ruam umum terjadi pada penggunaan kotri, dan dapat juga menyebabkan sindrom Stevens- Johnson sejenis ruam yang gawat.
Kotri juga dapat menyebabkan neutropenia, yaitu tingkat neutrofil yang rendah. Neutrofil adalah jenis sel darah putih yang menyerang infeksi bakteri. Infeksi HIV juga dapat menyebabkan neutropenia.
Beberapa dokter memakai proses desensitisasi dengan pasien yang mengalami reaksi alergi. Kotri dimulai dengan dosis yang sangat rendah yang tidak menyebabkan reaksi alergi, dan dosis secara bertahap ditingkatkan hingga menjadi dosis penuh. Vitamin C juga dapat membantu bila ada reaksi alergi pada kotri. Jika ini tidak berhasil, alternatif lain adalah untuk memakai obat lain misalnya dapson.
Jika kita memakai kotri, kita bisa menjadi lebih peka terhadap sinar matahari. Bila ini terjadi, memakai krim antisinar matahari(sunscreen/sunblock) pada kulit dan/atau memakai kacamata gelap.
Periksa ke dokter jika kulit menjadi pucat atau berwarna kuning, atau jika mengalami sakit tenggorokan, demam, atau ruam, bahkan setelah beberapa minggu penggunaan kotri. Gejala ini mungkin menandai efek samping yang berat dari obat.
Bagaimana kotri berinteraksi dengan obat Lain?
Kotri sebagian besar diuraikan oleh ginjal. Jadi obat ini tidak begitu berinteraksi dengan obat yang diuraikan oleh hati, termasuk sebagian besar obat antiretroviral (ARV) yang dipakai untuk menyerang HIV. Namun, kotri berinteraksi dengan beberapa jenis obat lain, termasuk beberapa obat pengencer darah, obat untuk menurunkan gula dalam darah, obat antisawan (antikonvulsi), dan diuretik. Pastikan dokter mengetahui semua obat, suplemen dan jamu yang kita pakai.
Risiko mengembangkan anemia adalah lebih tinggi jika kita memakai kotri sekaligus dengan obat lain yang menyebabkannya, misalnya AZT.
Risiko mengembangkan neutropenia adalah lebih tinggi jika kita memakai kotri sekaligus dengan obat lain yang menyebabkannya misalnya AZT dan gansiklovir.