[email protected] | (021) 2123-0242, (021) 2123-0243
Ikuti kami | Bahasa

Detail Blog

Terapi Baru Nampaknya Efektif Dalam Mengendalikan HIV di Uganda  

19 Februari 2025, 51 kali dilihat Berita

Terapi Baru Nampaknya Efektif Dalam Mengendalikan HIV di Uganda  

 

Tanggal: 19 Februari 2025, Weill Cornell Medicine  

 

Sebuah penelitian multi-nasional dan multi-lembaga yang dipimpin oleh para peneliti dari Weill Cornell Medicine menemukan bahwa resistensi alami terhadap terapi HIV baru yang disebut lenacapavir sangat rendah pada populasi pasien di Uganda.  

Penelitian ini, yang diterbitkan pada 30 Januari 2025 di Journal of Antimicrobial Chemotherapy, menambah bukti bahwa lenacapavir dapat menjadi alat baru yang kuat dalam upaya global melawan HIV. Saat ini, sekitar 1,5 juta orang hidup dengan HIV di Uganda.  

"Data kami menunjukkan bahwa hanya 1,6% individu yang diteliti memiliki strain HIV dengan mutasi resistensi terhadap lenacapavir," kata peneliti senior Dr. Guinevere Lee, asisten profesor virologi di bidang kedokteran di Weill Cornell Medicine. "Ini penting karena menunjukkan bahwa lenacapavir kemungkinan besar efektif melawan strain HIV yang beredar di Afrika Timur."  

Sejak tahun 1990-an, kombinasi obat HIV yang menargetkan berbagai tahapan siklus hidup virus telah berhasil menekan jumlah virus hingga hampir tidak terdeteksi pada pasien. Namun, resistensi terhadap obat menjadi perhatian yang semakin besar karena virus terus berevolusi untuk mengatasi terapi yang ada.  

Lenacapavir adalah obat pertama yang mengganggu lapisan kapsid pelindung yang mengelilingi materi genetik (RNA) HIV, sehingga menghambat kemampuan virus untuk bereplikasi dan ditularkan dari orang ke orang.  

Pengobatan dengan lenacapavir dua kali setahun telah terbukti efektif, baik pada pasien yang belum pernah menerima terapi sebelumnya maupun pada pasien dengan strain HIV yang resistan terhadap obat lain. Tahun lalu, uji klinis menunjukkan bahwa suntikan lenacapavir 100% efektif dalam mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan di Afrika Sub-Sahara yang sebelumnya negatif HIV.  

Namun, informasi mengenai resistensi awal terhadap lenacapavir pada strain HIV-1 yang kurang dipelajari, seperti subtipe A1 dan D yang lebih umum di Afrika Timur dan Selatan, masih terbatas. Sebaliknya, strain HIV-1 subtipe B, yang lebih banyak ditemukan di Eropa dan Amerika Serikat, jarang memiliki mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap lenacapavir.  

Dr. Lee dan rekan-rekannya di Universitas Sains dan Teknologi Mbarara, Uganda, serta Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, berkontribusi dalam mengisi kesenjangan ini. Mereka menganalisis protein kapsid dari subtipe HIV-1 A1 dan D pada 546 pasien di Uganda yang belum pernah menerima terapi antiretroviral. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk meneliti varian virus yang secara alami beredar.  

Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pasien yang memiliki mutasi genetik yang dapat menyebabkan resistensi utama terhadap lenacapavir. Hanya sembilan peserta yang memiliki mutasi resistensi minor yang dapat sedikit mengurangi efektivitas, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan resistensi penuh terhadap obat ini.  

"Studi kami mendukung potensi efektivitas lenacapavir di wilayah ini. Saat lenacapavir mulai digunakan di Afrika Timur, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memantau kemunculan strain virus yang resistan terhadap obat," kata Dr. Lee. "Sangat penting untuk memastikan bahwa penelitian HIV juga menjangkau komunitas yang kurang dipelajari, di mana jenis virus unik beredar."  


 

Artikel asli: Weill Cornell Medicine. "New therapy may effectively control HIV in Uganda." ScienceDaily. 

Tautan asli: www.sciencedaily.com/releases/2025/02/250219134532.htm