Tes viral load adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Ada beberapa cara untuk melakukan tes ini:
Masing-masing tes menunjukkan hasil yang berbeda untuk contoh yang sama. Karena hasil tes berbeda, kita sebaiknya tetap memakai jenis tes yang sama untuk memantau kecenderungan viral load. Catatan: Tampaknya semua tes viral load di Indonesia memakai metode PCR.
Viral load biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiruan atau copies HIV dalam satu mililiter darah (copies/mm3). Hasilnya sering disebut sebagai angka saja, tanpa disebut satuan. Batas atas tes kurang lebih 1 juta, dan terus disempurnakan sehingga menjadi lebih peka. Batas bawah tes bDNA pertama adalah 10.000. Model tes generasi kedua dapat mengukur hingga 48. Saat ini ada tes sangat peka yang mampu mendeteksi kurang dari lima copies.
Hasil tes viral load yang terbaik adalah yang dilaporkan sebagai ‘tidak terdeteksi’. Ini bukan berarti tidak ada virus dalam darah; artinya hanya bahwa jumlah virus yang ada tidak cukup untuk ditemukan dan dihitung oleh tes. Dengan tes generasi yang dipakai secara umum di Indonesia, ‘tidak terdeteksi’ dapat berarti sampai dengan 399. Artinya hasil ‘tidak terdeteksi’ tergantung pada kepekaan tes yang dipakai.
Semua tes viral load pertama memakai contoh darah yang dibekukan. Sekarang hasil yang baik dicapai dengan contoh yang dikeringkan. Cara ini akan mengurangi biaya untuk alat membekukan dan pengiriman.
Tes viral load membantu dalam beberapa bidang:
Kemudian viral load sebaiknya dipantau setiap 6 bulan untuk Odha dengan kepatuhan yang baik dengan viral load tidak terdeteksi. Namun tes viral load tidak dianjurkan untuk memantau hasil ART di Indonesia, karena sering tidak terjangkau; ART harus dipantau dengan cara lain (jumlah CD4 dan/atau gejala klinis).
Tes berulang pada satu contoh darah dapat memberikan hasil yang berbeda tiga kali lipat. Ini berarti bahwa perubahan yang bermakna adalah jika viral load menurun menjadi kurang dari satu per tiga atau meningkat menjadi lebih dari tiga kali dibanding tes sebelumnya. Misalnya, perubahan dari 200.000 menjadi 600.000 bisa dianggap tidak bermakna. Jika hasil turun dari 50.000 menjadi 10.000, ini dianggap bermakna. Yang terpenting adalah untuk mencapai viral load yang tidak terdeteksi.
Perubahan pada viral load kadang dilaporkan sebagai perubahan ‘log’. Hal ini mengacu pada catatan ilmiah, yang memakai pangkat sepuluh. Misalnya, penurunan 2-log adalah penurunan 102 atau 100 kali. Penurunan dari 60.000 menjadi 600 adalah penurunan 2-log.
Baru-baru ini, para peneliti melihat bahwa viral load pada banyak pasien kadang kala naik dari tidak terdeteksi menjadi tingkat yang masih rendah (biasanya di bawah 400), dan kemudian kembali tidak terdeteksi. “Blip” (peningkatan sementara) ini tidak menunjukkan bahwa ART mulai gagal atau virus mulai mengembangkan resistansi.
Tidak ada angka viral load yang ‘ajaib’. Kita tidak tahu berapa lama kita dapat tetap sehat dengan viral load tertentu. Yang kita tahu hanyalah bahwa semakin rendah semakin baik, yaitu tampaknya berarti hidup yang lebih lama dan lebih sehat.
Pedoman AS mengusulkan ART dipertimbangkan jika viral load di atas 100.000.
Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa mereka tidak dapat menularkan orang lain jika viral loadnya tidak terdeteksi. Ini tidak benar. Tidak ada viral load yang ‘aman’. Walaupun risiko lebih rendah, kita dapat menularkan HIV pada orang lain bahkan dengan viral load yang tidak terdeteksi.
Ada beberapa masalah dengan tes viral load:
Ditinjau 6 Maret 2014 berdasarkan FS 125 The AIDS InfoNet 24 Februari 2014