MASALAH KULIT
Ditinjau kembali 20 Mei 2024
Apa Penyebab Masalah Kulit?
Ada tiga penyebab utama masalah kulit: infeksi kulit yang dialami oleh orang dengan HIV, efek samping obat, dan efek HIV sendiri. Beberapa masalah kulit dapat sangat berat, bahkan gawat, jadi kita sebaiknya segera periksa ke dokter jika kita mengalami ruam, lesi (luka atau radang) pada kulit, atau masalah kulit lain.
Masalah kulit sangat umum pada orang yang tidak terinfeksi HIV, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Penyebab umum untuk masalah kulit termasuk alergi, reaksi pada bahan yang mengganggu kulit (mis. bahan kimia atau pun sabun/detergen yang keras), dan infeksi umum. Kita sebaiknya tidak mengambil asumsi bahwa masalah kulit yang kita alami ada kaitan dengan HIV atau efek samping obat antiretroviral (ARV).
Pengaruh Infeksi HIV pada Kulit
Beberapa minggu setelah kita terinfeksi HIV, kita mungkin mengalami gejala serupa dengan flu. Gejala ini termasuk gejala infeksi HIV primer. Gejala ini dapat termasuk ruam yang berwarna merah dan yang tidak menimbulkan gatal. Gejala ini biasanya berlangsung 2-3 minggu, dan pulih sendiri tanpa obat.
Pada infeksi lanjutan, sistem kekebalan tubuh kita menjadi rusak, dan ini dapat menyebabkan kulit merah dan gatal-gatal. Masalah ini dapat diobati dengan krim steroid atau obat antihistamin.
Bila kita mulai memakai terapi antiretroviral (ART), sistem kekebalan tubuh mulai pulih. Kadang kala pemulihan ini bisa menyebabkan masalah kulit, misalnya akne (jerawat) dan folikulitis (benjolan pada akar rambut). Sebetulnya ini tanda baik, yang menunjukkan bahwa kekebalan kita mulai pulih kembali.
Dermatitis
Masalah hati yang paling umum disebut sebagai dermatitis atau eksim. Penyakit ini adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Dermatitis dapat disebabkan oleh berbagai alasan dan penya- kit ini dapat diobati dengan obat antihistamin. Untuk meringankan masalah kulit kering apa pun, hindari mandi lama dan penggunaan sabun yang keras atau produk lain yang dapat mengganggu kulit.
Dermatitis seboroika (radang pada kelenjar lemak kulit) sering terjadi pada bagian tubuh yang berbulu, dan kelihatan seperti ketombe berwarna agak kuning. Penyakit ini umum terkait HIV tahap bergejala; sampai 80% orang dengan HIV yang memiliki penyakit HIV lanjut mengalaminya. Dermatitis dapat diobati dengan olesan steroid, atau krim atau tablet antijamur. Beberapa masalah pada jangat (kulit) kepala diobati dengan sampo (pencuci rambut) antiketombe atau antijamur. Madu yang dilarutkan 90% dengan air hangat juga dapat berguna untuk mengobati dermatitis seboroika dan ketombe.
Masalah Kulit karena Infeksi
Infeksi kulit biasanya dibagi menjadi tiga golongan: infeksi disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus.
Tinea adalah infeksi jamur yang menyebabkan kulit merah yang mengeripik dan daerah yang putih dan lembab. Tinea diobati dengan krim antijamur. Minyak pohon teh (tea tree oil) mungkin juga efektif. Jagalah agar kulit tetap kering dan menghindari bahan yang dapat menimbulkan gatal, misalnya deodorant (pembasmi bau badan). Folikulitis adalah infeksi kulit, kemungkinan disebabkan oleh ragi, yang dapat diobati dengan obat antijamur.
Impetigo adalah infeksi bakteri pada kulit, dengan luka berlapis keras berwarna merah-kuning. Impetigo juga dapat menularkan akar rambut, dengan menyebabkan bisul dan abses. Penyakit ini diobati dengan antibiotik. Jerawat yang kecil seperti mutiara dapat disebabkan oleh moluskum, atau oleh infeksi jamur misalnya kriptokokus. Moluskum dapat menyebar secara sangat cepat dan seharusnya segera diobati. Kutil, terutama kutil pada alat kelamin atau dubur yang disebabkan oleh HPV sering dialami oleh orang dengan HIV.
Psoriasis dan kudis juga dapat menyebabkan masalah kulit untuk Odha, seperti juga beberapa penyakit terkait HIV, misalnya herpes, sarkoma Kaposi, histoplasmosis, MAC, dan TB.
Efek Samping Obat
Orang dengan HIV sering mengalami efek samping obat yang berpengaruh pada kulit, misalnya ruam. Sebagian besar ringan dan pengobatan dapat dilanjutkan. ARV golongan NNRTI dapat menyebabkan ruam baru setelah kita mulai memakai obat – nevirapine pada 20-30% penggunanya, dan efavirenz pada 5%. Ruam ini biasanya ringan (gatal-gatal) dan hilang setelah tubuh kita menyesuaikan diri dengan obat. Namun masalah dapat menjadi gawat, sampai pada gejala Stevens-Johnson.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping, beberapa obat dapat dimulai dengan dosis lebih rendah. Misalnya nevirapine harus dimulai dengan dosis separuh dan dosis penuh baru dipakai setelah dua minggu. Bicara dengan dokter sebelum mengurangi dosis obat apa pun.
Abacavir, sebuah ARV lain, dapat menyebabkan ruam sebagai reaksi alergi yang dapat menjadi gawat. Bila kita pakai abacavir dan mengalami ruam, kita harus langsung berhenti memakai obat tersebut dan tidak pernah memakainya lagi untuk seumur hidup. Sekarang ada tes untuk menunjukkan apakah kita kemungkinan akan mengalami reaksi ini.
Obat lain yang sering dipakai untuk mengobati infeksi terkait HIV juga dapat menyebabkan ruam. Obat ini termasuk kotrimoksazol dan dapson. Jika ruam tidak dapat ditahan, mungkin kita harus berhenti penggunaan obat yang menyebabkan ruamnya. Mungkin kita dapat coba memakainya kembali setelah beberapa waktu, namun jika ruamnya berat, obat tersebut tidak dapat dipakai lagi.
Kadang ada laporan bahwa kulit menjadi semakin gelap setelah mulai beberapa ARV. Belum jelas mengapa ini terjadi, tetapi masalah ini tidak berbahaya, walau dapat mengganggu.
Cahaya Matahari
Orang dengan HIV sering kali melaporkan kulitnya lebih peka terhadap cahaya matahari. Ini dapat disebabkan HIV sendiri atau efek samping obat. Untuk mencegah terbakar cahaya matahari, mengoleskan kulit dengan losion anticahaya matahari (sunblock) satu jam sebelum kita keluar. Satu produk yang cocok adalah Vaseline Intensive Care Healthy Sunblock SPF 30/PA++ (angka SPF menunjukkan kemampuannya untuk menyaring cahaya – harus 30 atau lebih).
Mandi
Masalah kulit dapat diburukkan dengan cara mandi. Penggunaan sabun yang ‘keras’, terutama sabun desinfektan misalnya sabun antiseptik, merangsang masalah kulit. Lebih baik kita pakai sabun yang halus, seperti sabun cair khusus untuk bayi. Lagi pula, bila kita mandi dua kali sehari, mungkin sebaiknya kita hanya mandi dengan sabun sekali sehari. Pada kali yang lain, kita bisa mandi tanpa sabun.
Garis Dasar
Masalah kulit dapat disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk alergi, infeksi HIV, infeksi atau efek samping obat, dan juga sangat umum pada orang yang tidak terinfeksi HIV. Masalah kulit juga dapat diperburuk oleh cahaya matahari atau sabun.
Infeksi kulit dapat diobati; jangan ragu periksa ke dokter. Namun masalah kulit dapat kambuh, terutama bila sistem kekebalan tubuh sudah mulai rusak. Karena kita lebih rentan terhadap infeksi kulit bila jumlah CD4 kita rendah, sering kali cara terbaik untuk mengobati masalah kulit terkait HIV adalah dengan memulai ART.
Masalah kulit yang dialami sebagai efek samping obat dapat berat atau pun gawat. Setelah kita mulai memakai obat tertentu, sebaiknya kita segera periksa ke dokter jika kita mengalami ruam.